DomaiNesia

Sunday, January 11, 2015

Gerakan 1 Juta Surya Atap Berprogres, Jadi Potensi Pencetus Utama Ebt

Pemerintah menargetkan tercapainya bauran Energi Baru Terbarukan  Gerakan 1 Juta Surya Atap Berprogres, Jadi Potensi Pelopor Utama Ebt
Foto: Shutterstock

Jakarta - Pemerintah menargetkan tercapainya bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Umum Energi nasional (RUEN). Ada aneka macam macam energi baru yang tengah dikembangkan di Tanah Air, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa menyampaikan pihaknya berusaha untuk menjadikan energi surya selaku prime mover atau penggerak utama dalam transisi EBT di Indonesia. Ia menganggap, energi surya mempunyai banyak sekali keutamaan untuk sanggup menggerakkan energi terbarukan di Tanah Air.

"Kami tidak menafikan banyak energi terbarukan, namun yang banyak dan sanggup cepat untuk memenuhi keperluan energi kita dalam rangka menjangkau target kebijakan energi nasional 23% EBT untuk menghemat emisi gas rumah beling, PLTS itu yang paling cepat," jelas Fabby dalam Press Luncheon Ketua Umum dan Pengurus AESI di Jakarta, Selasa (1/6/2021).

Lebih lanjut, dia memaparkan keistimewaan energi surya yang memiliki kesempatanmenjadi prime mover EBT di Indonesia. Pertama, energi surya ada di seluruh Indonesia tanpa terbatas, mulai dari Sabang hingga Merauke. Dari pukul 6 pagi sampai 6 sore sinar matahari selalu ada untuk sanggup menerima energi surya.

Baca Juga : harga sedot wc medan

Tak hanya itu, dia juga memberikan energi surya relatif mudah diakses di mana saja. Sebab teknologinya modular, kecil, juga mampu dipersonalisasikan. Teknologinya juga disebut-sebut gampang dan cepat untuk di-install.

"Artinya jika Anda butuh 1kW mampu pasang segitu, butuh 10kW juga mampu pasang. Kan teknologi PLTS itu basisnya modul surya yang mengkonversi sinar matahari menjadi listrik," jelasnya.

Fabby pun menganggap PLTS merupakan bentuk demokratisasi energi pada masyarakat, alasannya adalah merupakan semua orang dari segala golongan mampu memakainya. Ia juga mengungkap jika investasi PLTS semakin terjangkau dari waktu ke waktu.

"Kalau bicara sepuluh tahun kemudian, harga PLTS untuk 1 kW masih meraih lebih dari US$1.500 per kilo watt, harga sel surya di atas US$ 1 per watt. Hari ini kalau kita lihat data, investasi 1kW panel surya saja sudah di kisaran antara US$ 400-500, telah turun drastis. Jadi jauh lebih terjangkau," ujarnya.

Baca Juga : sedot wc buntu makassar

Di tahun 2017, lanjut Fabby, pihaknya turut menjadi penggalan dari deklarasi Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap bareng Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Masyarakat Ekonomi Terbarukan Indonesia (METI), dan lain sebagainya. Gerakan ini menargetkan adanya 1 juta pengguna PLTS Atap di 2025.

Fabby mengungkap progres gerakan tersebut masih jauh dari target. Akan namun, di kurun kepengurusan AESI sampai 2024, dia menargetkan 1 juta PLTS Atap di Indonesia sanggup tercapai.

Mengutip data Indonesia Energy Transition Outlook dari Institute for Essential Services Reform (IESR) di 2020, angka pengguna PLTS Atap di banyak sekali sektor terus meningkat dibanding tahun sebelumnya. Adapun jumlahnya terbagi menjadi sektor residensial/perumahan sebanyak 2.352, bisnis sebanyak 196, industri sebanyak 17, pemerintah sebanyak 38, dan sosial sebanyak 170.

Fabby pun memberikan sampai sekarang, angka pengguna PLTS Atap yang dihimpun dari data PLN kurang lebih meraih 3.500 pengguna PLTS Atap yang ialah pelanggan PLN dengan net metering. Ia menganggap jumlahnya sanggup lebih besar, karena merupakan banyak pengguna PLTS Atap dari konsumen PLN yang tidak tersambung jaringan PLN (off grade).

Sumber https://joderone.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment

5 Aplikasi Menggambar 3D Di Android Menggembirakan!

Menggambar ialah sesuatu hal yang mengasyikkan. Kini menggambarkan bukan cuma bisa dilakukan pada selembar kertas saja. Sudah banyak aplika...